Tema cerita yang diangkat sangat kental dengan budaya Minangkabau. Menampilkan keelokan alam dan budaya minang, serta kritik Buya Hamka dengan berbagai praktik budaya yang dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Buku ini mengisahkan Zainudin, seorang keturunan Minang-Makassar. Darah minang ia dapat dari ayahnya, sedangkan ibunya adalah seorang bugis. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Zainudin berniat mengunjungi bako–nya. Melihat keinginan yang kuat, tak ada alasan bagi pengasuhnya, Mak Base, untuk tidak memberi izin. Disana ia tinggal dengan Mak Tuo-nya. Sehari-hari ia belajar ilmu agama dan adat dari para tetua. Hingga suatu hari ia bertemu dengan Hayati, cintanya pada pandangan pertama. Tetapi Zainudin bukanlah orang Minang, ia tidak bersuku dan berbangsa. Meskipun ayahnya orang pribumi asli, tapi suku tidak diwariskan oleh ayahnya. Sehingga ia hanya menumpang, tidak ada mamak dan penghulu yang mengakuinya sebagai kemenakan. Ini menjadi alasan cintanya kandas dan tidak direstui keluarga Hayati.
Melalui kisah roman ini, Hamka ingin mengkritik sistem pernikahan di Minang masa itu, yang mendiskriminasi jika bukan dari suku Minang tidak boleh menikahi anak gadis yang berasal dari Minang. Orang yang tak bersuku Minang dianggap tidak berbangsa dan tidak paham akan adat Minang. Sehingga dianggap sebagai sebuah aib.
Penulis : Buya Hamka
Penerbit : Gema Insani
Sampul : Sofrcover
Tebal : 268 halaman
Berat : +-400 gram
Harga : Rp 110.000,-
Info pemesanan, HP/WA: 082114188008
Terima kasih
0 Komentar