Header Ads Widget

Responsive Advertisement

'Marlina': Mendobrak Stereotype Feminisme

Kesetaraan karier antara perempuan dan laki-laki saat ini mungkin menjadi indikator keberhasilan emansipasi. Dimana menjadi penanda jika perempuan sudah bisa menentukan langkahnya sendiri. Perempuan memang memiliki pilihan untuk masa depannya, namun bukan berarti langkahnya sudah bebas sempurna. Masih ada bayang-bayang stereotype yang membebat. Terlebih, bagi perempuan yang tinggal jauh dari kota besar. Dimana nilai budaya dan adat istiadat setempat seringkali melekat dengan sempurna. Membatasi pergerakan mereka untuk menjadi lebih bebas dan berkarya. Pada akhirnya, perempuan masih saja menjadi objek perbincangan yang kompleks. Hanya untuk menciptakan konsep dan konteks keadilan bagi kaumnya.

Streotype yang selama ini beredar yaitu menuntut kesetaraan hak antara perempuan dan lelaki. Hal itu didobrak dalam Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. Film ini bukan hanya menggugat kesetaraan hak perempuan tetapi juga mempertanyakan kemanusiaan kepada perempuan.


Film ini menyinggung bagaimana seorang perempuan bernama Marlina yang hidup dalam kemiskinan harus berjuang mendapat keadilan bagi dirinya sendiri. Dari nasib buruknya.

Marlina yang hidup dalam kemiskinan di Sabana Sumba. Karena kemiskinan yang membelit, Marlina terpaksa kehilangan anak dan suaminya. Karena ketiadaan biaya, Marlina terpaksa rela tidak bisa menguburkan suaminya dengan layak. Jasad sang suami didudukkan di ruang tengah. Pada suatu hari, datang tujuh perampok yang ingin mengambil harta benda dan kehormatan Marlina. Alih-alih menyerah dengan kepahitan yang dialaminya, Marlina melawan. Streotype perempuan sebagai makhluk lemah dibantahkan dalam film ini. Marlina yang diperankan Marsha Timothy berhasil membunuh kepala perampok dan karena merasa bersalah bermaksud membuat pengakuan kepada pihak kepolisian.

Dengan keberanian, Marlina keluar dari sabana untuk menyerahkan kepala perampok itu serta membuat pengakuan. Bukan pengakuan bersalah melainkan pengakuan akan haknya untuk mempertahankan harga diri. Markus sudah merendahkan martabatnya sebagai seorang perempuan dimana mengatakan perempuan hanya bisa menjadi korban.

Keberanian film besutan Mouly Surya ini menjadi warna tersendiri dalam perfilman tanah air karena keberanian cerita yang mendobrak stereotype yang ada. Karena itu,

Komite Seleksi Film Indonesia memilih Film Marlina untuk mewakili Indonesia pada ajang Academy Award 91 atau Oscar 2019 di Dolby Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat, pada 24 Februari mendatang.

Marlina dianggap telah memenuhi persyaratan seperti sudah tayang mulai dari 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018 dan ditayangkan setidaknya tujuh hari di bioskop komersil di negara asal.

Komite yang diketuai artis senior Christine Hakim itu beranggotakan Alim Sudio, Benni Setiawan, Christine Hakim, Fauzan Zidni, Firman Bintang, Hardo Sukoyo, Yenny Rahman, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Roy Lolang, Thoersi Argeswara, Yudi Datau, dan Zairin Zain.


Posting Komentar

0 Komentar